Langsung ke konten utama

Teori Komunikasi : Fenomenologi


Apa itu fenomenologi? Fenomenologi merupakan disiplin ilmu filsafat yang mempelajari sesuatu yang tampak. Fenomenologi sendiri berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti “sesuatu yang tampak”.  Dalam disiplin ilmu, fenomenologi melihat tentang fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar, dan fenomena tersebut dapat menjadi pengalaman atau sesuatu yang sangat subjektif menurut manusia. Sederhananya, fenomenologi mempelajari tentang penampilan atau bagaimana sesuatu mempengaruhi penampilan seseorang termasuk didalamnya dalah pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki oleh seseorang tersebut. Sebenarnya, fenomenologi bersifat kompleks, karena fenomenologi melihat suatu peristiwa dengan mencakup berbagai hal, tidak hanya komunikasi, melainkan juga sejarah.
Mengutip dari buku Richard L. Lanigan yang berjudul  The Phenomenology of Human Communication as a Rhetorical Ethic (1977 : 5), dijelaskan bahwa manusia mempunyai pengalaman, dan pengalaman tersebut dapat secara sadar mempengaruhi setaip keputusan yang diambil oleh seseorang, contohnya seperti pemilihan tempat tinggal. Intinya, fenomenologi dikatakan sebagai sebuah teori menekankan diri kita dengan alam dan fungsi kesadaran.
Pada aplikasinya, fenomenologi sebagai disiplin ilmu filsafat dapat menjadi pendekatan terbaik untuk melihat fenomena yang terjadi pada manusia dan bagaimana memahami ruang lingkup kesadaran manusia. Karena setiap manusia pasti mempunyai tujuan di dalam hidupnya, karena manusia mempunyai akal, tidak seperti hewan dan mesin. Manusia memiliki fungsi dalam tiga tingkatan simultan kesadaran yang mengintegrasikan ekspresi dan persepsi dari afeksi atau emosi, kognitif atau pikiran, dan konatif atau tindakan yang bertujuan.
Fenomenologi sebagai metodologi pertama kali dikemukakan oleh Richard L. Lanigan. Menurutnya, fenomenologi sebagai metodologi memiliki tiga tahapan proses yang saling bersinergi, yaitu :

1.      Deskripsi fenomenologis
Melihat fenomenologi menciptakan suatu kesadaran bagi kita

2.      Reduksi fenomenologis
Dari reduksi fenomenologis, kita dapat menyaring suatu objek, apakah sesuatu bisa menjadi penting atau tidak bagi kita. Reduksi fenomenologis bertujuan untuk melakukan isolasi terhadap sesuatu yang kita anggap tidak penting dan membiarkan sesuatu yang kita anggap penting. Cara yang biasa dilakukan dalam reduksi fenomenologis adalah variasi bebas imajinatif. Prosedur ini terdiri dari refleksi berbagai bagian dari pengalaman dan membayangkan setiap bagian sebagai kehadiran atau ketiadaan dalam pengalaman secara sistematis.
3.      Intepretasi fenomenologis
Interpretasi fenomenologis bertujuan untuk menjelaskan pemaknaan yang lebih khusus atau yang penting dalam reduksi dan deskripsi dari pengalaman kesadaran yang sedang kita cari tau. Secara teknis, intepretasi disebut secara beragam dengan semiotik atau analisis hermeneutik. Semiologi adalah studi yang mempelajari sistem lambang atau kode-kode. Dengan demikian hermeneutik semiologi adalah hubungan khusus yang menyatukan deskripsi dan reduksi.

Penelitian Fenomenologis

Penelitian fenomenologis mempunyai tujuan agar kita dapat mengekspresikan diri kita secara murni tanpa adanya gangguan dari peneliti. Terdapat beberapa tahapan harus yang dilalui ketika melakukan penelitian yaitu bracketing, intuiting, analyzing, dan describing.
·         Bracketing – suatu proses dimana kita menahan pendapat kita ketika sedang menganalisis suatu fenomena yang terjadi.
·         Intuiting – proses yang terjadi ketika kita bersikap terbuka dari fenomena yang sedang kita alami, dan fenomena tersebut berhubungan dengan pengalaman kita, yang akhirnya menghasilkan pandangan umum.
·         Analyzing – proses yang melibatkan proses lainnya dalam rangka untuk mengerti maksud dari fenomena yang sedang kita alami.
·         Describing – pada tahapan ini, kita menjadi mengerti, memahami, dan mendefinisikan fenomena yang diteliti. Sehingga bentuknya dapat menjadi bentuk verbal ataupun nonverbal dan akhirnya dapat kita diskusikan.
Kelebihan dan Kekurangan Fenomenologi
Fenomenologi sebagai bidang disiplin filsafat dan sebagai metodologi sudah tidak diragukan lagi  kemampuannya oleh para ilmuwan, fenomenologi dianggap metode terbaik yang dapat digunakan untuk mempelajari suatu fenomena sosial. Para peneliti komunikasi modern menggunakan kelebihan fenomenologi sebagai prinsip dasar yang kuat dalam penelitian komunikasi.
Selain itu, fenomenologi juga memberikan penawaran kepada para peneliti komunikasi suatu pendekatan ilmu manusia untuk mempelajari fenomena dengan cara yang tetap peka terhadap keunikan orang yang diteliti. Namun, mengutip dari pakarkomunikasi.com, disamping kelebihannya, fenomenologi juga tidak lepas dari kritik para peneliti lainnya, salah satunya adalah Daniel Dennett. Daniel Dennet menyatakan bahwa pendekatan orang pertama dalam fenomenologi memiliki keterbatasan dalam meneliti keberadaan manusia secara efektif.
Pendekatan orang pertama dipandang sebagai pendekatan subyektif yang merujuk pada terminologi autofenomenologi. Selain itu, fenomenologi juga memiliki keterbatasan dalam ketidakmampuannya untuk menghasilkan suatu intepretasi lengkap sehingga dianggap kurang total dalam mencari solusi dalam sebuah penelitian.


Sumber : https://pakarkomunikasi.com/teori-fenomenologi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Komunikasi : Tradisi Kritis

Apa sebenarnya tradisi kritis dalam teori komunikasi? Tradisi kritis merupakan asumsi dari sekian banyak teori kritis yang menyebutkan bahwa di dalam masyarakat, banyak terjadi kesenjangan sosial. Dengan hadirnya tradisi kritis sebagai bagian dari teori komunikasi, para teoritis mengarapkan tradisi ini dapat berguna untuk pemecahan masalah dalam bentuk komunikasi untuk kesenjangan yang terjadi, atau setidaknya, kita dapat mengetahui mengapa kesenjangan itu bisa terjadi. Berangkatnya tradisi kritis, bisa kita lihat dari mana tradisi ini mulai berkembang. Tradisi kritis muncul dalam kelompok ilmuwan Jerman yang biasa dikenal dengan sebutan “Frankfurt School”. Para teoritisinya ternyata mengadopsi pemikiran Marxis. Tidak mengherankan jika para teoritis menjadikan tradisi ini sebagai tradisi yang banyak perbandingannya. Perkembangan tentang suatu kritik sosial umum juga diprakarsai oleh kelompok ini. Dalam kritik sosial tersebut, mereka sepakat bahwa komunikasi menjadi titik utama dal...

Teori Komunikasi : Perspektif Pragmatis

Ketika kita sudah mengenal tradisi dalam komunikasi, dan juga beberapa perspektif komunikasi, nyatanya kita juga harus berkenalan dengan salah satu perspektif yang terbilang baru dalam komunikasi. Yaitu perspektif pragmatis. Dilihat dari asal katanya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pragmatis mempunyai arti bersifat praktis dan berguna bagi umum ; bersifat mengutamakan segi kepraktisan dan kegunaan (kemanfaatan) ; mengenai atau bersangkutan dengan nilai-nilai praktis. Lalu, apa itu perspektif pragmatis dalam teori komunikasi? Berdasarkan pengertian kata pragmatis diatas, kita dapat mengetahui bahwa perspektif ini tidak bersifat subjektif. Dari arti katanya saja, kita dapat melihat bahwa berfikir secara pragmatis berarti berfikir secara umum. Adapun dalam komunikasi, berarti perspektif pragmatis akan membawa kita melihat komunikasi tidak hanya dengan satu sudut pandang saja. Melainkan dari berbagai sudut pandang. Melalui perspektif pragmatis, kita jga dapat mengetahui b...

Teori Komunikasi : Teori Sibernetika

Saya memahami sibernetika sebagai tradisi yang membahas mengenai suatu sistem yang kompleks, di mana dalam sistem tersebut, terdapat banyak elemen yang di dalamnya saling berinteraksi dan saling memengaruhi. antara satu dengan yang lainnya. Dalam teori sibenertika, kita dapat dibawa untuk berpikir secara luas bahwa teori ini  tidak terlepas dari proses fisik, biologis, sosial, dan perilaku bekerja. Kita dapat memahamai komunikasi sebagai sebuah sistem yang di dalamnya terdapat begitu banyak bagian. Tidak usai sampai disitu, bagian-bagian tersebut saling memengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Akhirnya, keseluruhan sistem juga dibentuk dari sistem itu sendiri. Kata Talcott Parson, a da 4 subsistem yang menjalankan fungsi utama dalam kehidupan masyarakat : Fungsi adaptasi, biasanya dilaksanakan oleh subsistem ekonomi, contohnya: dilaksanakannya proses produksi dan distribusi  barang dan jasa Fungsi pencapaian tujuan, fungsi ini biasanya dilaksanakan oleh subsiste...