Aku punya sudut pandang, begitu pun kamu.
Kita sama-sama melihat, tapi dengan cara yang berbeda. Namun, pernahkah kita
melihat persamaan ketimbang perbedan dari apa yang kita lihat?
Melihat perbedaan menjadi dominan ketika
kita selalu mengedepankan ego. Rasanya, sensitif sekali jika aku mengemukakan
A, tapi kamu bersikeras pada B. Kita jarang melihat irisan dan lebih terpaku
pada perbedaan.
Apakah keadan ini akan terus kita biarkan?
Mau sampai kapan?
Coba ubah sudut pandang kita. Apapun yang
ada di dunia ini, bisa kita cari persamaanya ketimbang perbedaanya. Berhenti
mencari-cari kesalahan orang lain, dan mulai untuk terbiasa mengoreksi diri
kita terlebih dahulu. Mulailah belajar untuk melihat bagaimana dengan
perbedaan, hidupmu bisa lebih berwarna. Daripada hanya sekedar menyebarkan
kebencian yang tidak akan pernah ada ujungnya.
Keluarlah, lihatlah dunia dengan cara
pandang yang luas. Hingga akhirnya kita bisa saling menghargai satu sama lain.
Berbicara dengan tenang, berdialog tanpa tegang. Karena sebetulnya, orang lain
akan menghargai kita ketika kita juga mencoba untuk menghargai mereka.
Komentar-komentar penuh kebencian di dunia
maya, juga sorotan mata tidak suka di dunia nyata, sebenarnya tidak perlu terjadi.
Pada akhirnya, kita akan tau bahwa di era modern ini, ada individu-individu
yang belum siap dengan perbedaan. Banyak yang terlalu cepat menilai orang dan
melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan. Kontradiktif, memang.
Perkembangan zaman yang seharusnya mempermudah kita menjadi individu yang cepat
tanggap dalam ilmu, kadang malah menyulap kita menjadi insan yang cepat tersinggung
hanya karena melihat orang lain berbeda pendapatnya dengan kita. Konklusinya? Kita
harus merubahnya.
Kita bisa memulainya dari diri kita
sendiri. Bagaimana memberi contoh agar menjadi masyarakat yang baik. Bagaimana agar
kita sebagai individu, dapat menjadikan perbedan sebagai suatu celah untuk
membangun persatuan. Mencontohkan bagaimana harusnya manusia menghargai manusia
yang lain. Bagaimana agar menjadi masyarakat yang produktif menyebarkan kebaikan,
bukan malah menebarkan kebencian.
Kita juga dapat melakukan pencerdasan
kepada masyarakat mengenai perbedaan sudut pandang yang tidak seharusnya menimbulkan
perpecahan. Sebenarnya, dengan menjaga cara bicara, kita bisa menjaga persatuan
kita. Iya, berfikir sebelum berbicara. Menghargai orang lain. Karena begitulah
Tuhan menciptakan akal untuk manusia. Yaitu agar digunakan dengan
sebaik-baiknya. Bepikir tentang tindakan baik yang seharusnya dilakukan, dan
tindakan buruk yang tidak seharusnya dilakukan.
Mulai dari itu, kita bisa merubah dunia
yang penuh warna ini menjadi taman-taman yang nyaman, dengan segala perbedan
yang ada, kita dapat melihat indahnya hidup di dalam perbedaan tanpa adanya
perpecahan. Aku tetap dengan dudut pandangku, begitupun kamu dengan sudut
pandangmu. Kita bisa bersama dengan selalu menghargai sudut pandang
masing-masing. Dan ketika saling berpapasan, bukan tatapan kebencian yang kita
suguhkan, melainkan senyum tanda penghargaan. Saling menyapa satu sama lain. Kita
mencipta kebahagiaan untuk diri sendiri, juga untuk orang lain. Maka bangunlah.
Berpikirlah. Jadilah insan yang sebenar-benarnya insan. Yang selalu berusaha
untuk menghargai orang lain dan juga tetap berpegang pada prinsip hidup kita.
Percayalah, orang-orang yang selalu berusaha menebarkan kebaikan, tidak akan
terkikis oleh waktu.
Mari kita melihat perbedaan sebagai
peluang. Bukan sebagai ancaman. Mari kita sama-sama membuka mata, sama-sama tersenyum
manis. Bagaimanapun pandanganku, dan bagaimanapun pandanganmu, tugas kita
adalah saling menghargai satu sama lain.
Semoga kita berhasil.
Pontianak, 1 Oktober 2017
Ra
Komentar
Posting Komentar