Apa sebenarnya tradisi kritis dalam teori
komunikasi? Tradisi kritis merupakan asumsi dari sekian banyak teori kritis
yang menyebutkan bahwa di dalam masyarakat, banyak terjadi kesenjangan sosial.
Dengan hadirnya tradisi kritis sebagai bagian dari teori komunikasi, para
teoritis mengarapkan tradisi ini dapat berguna untuk pemecahan masalah dalam
bentuk komunikasi untuk kesenjangan yang terjadi, atau setidaknya, kita dapat
mengetahui mengapa kesenjangan itu bisa terjadi.
Berangkatnya tradisi kritis, bisa kita lihat dari mana tradisi ini mulai berkembang. Tradisi
kritis muncul dalam kelompok ilmuwan Jerman yang biasa dikenal dengan sebutan
“Frankfurt School”. Para teoritisinya ternyata mengadopsi pemikiran Marxis.
Tidak mengherankan jika para teoritis menjadikan tradisi ini sebagai tradisi
yang banyak perbandingannya. Perkembangan tentang suatu kritik sosial umum juga
diprakarsai oleh kelompok ini. Dalam kritik sosial tersebut, mereka sepakat
bahwa komunikasi menjadi titik utama dalam prinsip-prinsipnya. Sistem
komunikasi massa merupakan fokus yang sangat penting di dalamnya. Tokoh-tokoh
pelopornya adalah Max Horkheimer, Theodore Adorno serta Herbert Marcuse.
Pemikiran merekalah yang disebut dengan teori kritis. Ketika Nazi bangkit di
Jerman, mereka berimigrasi ke Amerika. Di sana mereka menaruh perhatian besar
pada komunikasi massa dan media sebagai struktur penindas dalam masyarakat
kapitalistik, khususnya struktur di Amerika.
Tradisi kritis
juga disebut sebagai refleksi dari cara berkomunikasi untuk menolak wacana yang
tidak adil. Tradisi kritis juga dianggap mampu mengungkap
kekuatan-kekuatan penindas dalam masyarakat melalui analisis dialektika.
Dalam
teori kritis, terdapat tiga ciri masyarakat kontemporer :
1.
Kontrol bahasa untuk
mengabadikan ketidakseimbangan kekuatan.
2.
Peran media massa
dalam menumpulkan kepekaan terhadap penindasan.
3.
Blind ketergantungan
pada metode ilmiah dan penerimaan tidak kritis.
Beberapa
figur penting yang mencetuskan tradisi kritis, antara lain seperti Noam
Chomsky, Herbert Schiller, Ben Bagdikian, C. Wright Mills, dan sebagainya yang
pemikiran mereka menyoroti tentang media. Varian dari Tradisi ini adalah :
1.
Marxisme,
merupakan pencetus dari tradisi kritis ini . Menurut Marx, ekonomi merupakan
dasar dari segala struktur sosial.
2.
Kritik Politik
ekonomi, pandangan ini merupakan revisi terhadap pandangan
Marxisme yang dinilai terlalu menyederhanakan realitas ke dalam dua kubu yaitu
kalangan penguasa dan kalangan tertindas berdasarkan kepentingan ekonomi.
3.
Aliran Frankfurt, memperkenalkan
bahwa aliran kritis mampu menawarkan suatu interkoneksi dan pengujian yang
menyeluruh tentang perubahan bentuk dari masyarakat, kultur ekonomi, dan
kesadaran.
4.
Posmodernisme, ditandai
dengan sifat relativitas, tidak ada standarisasi nilai, menolak pengetahuan
yang sudah jadi dan dianggap sebagai sesuatu yang sakral.
5.
Cultural studies, memusatkan
pada perubahan sosial dari tempat yang menguntungkan dari kultur itu sendiri.
6.
Post strukturalis, yakni
pandangan yang memandang realitas merupakan sesuatu yang komplek dan selalu
dalam proses sedang menjadi.
7.
Post Colonial,
mengacu pada semua kultur yang dipengaruhi oleh proses imperial dari masa
penjajahan sampai saat ini.
Kelompok
teori-teori dalam tradisi kritis lebih menekankan komunikasi sebagai suatu
tatanan sosial yang menyangkut kekuasaan dan penindasan. Teori-teori kritis
menanggapi permasalahan tentang ideologi, kekuasaan, dan dominasi. Wacana
kritis meliputi ideologi, dialektika, penindasan, kebangkitan kesadaran, resistansi,
dan emansipasi. Tradisi ini mendorong pendekatan kepada teori yang meliputi mementingkan
keuntungan pribadi ketika mendapat kekuasaan, juga nilai kebebasan antara
kemerdekaan dan persamaan, dan pentingnya diskusi.
Sumber
Referensi :
Komentar
Posting Komentar