Langsung ke konten utama

Teori Komunikasi : Perspektif Pragmatis

Ketika kita sudah mengenal tradisi dalam komunikasi, dan juga beberapa perspektif komunikasi, nyatanya kita juga harus berkenalan dengan salah satu perspektif yang terbilang baru dalam komunikasi. Yaitu perspektif pragmatis. Dilihat dari asal katanya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pragmatis mempunyai arti bersifat praktis dan berguna bagi umum ; bersifat mengutamakan segi kepraktisan dan kegunaan (kemanfaatan) ; mengenai atau bersangkutan dengan nilai-nilai praktis. Lalu, apa itu perspektif pragmatis dalam teori komunikasi?

Berdasarkan pengertian kata pragmatis diatas, kita dapat mengetahui bahwa perspektif ini tidak bersifat subjektif. Dari arti katanya saja, kita dapat melihat bahwa berfikir secara pragmatis berarti berfikir secara umum. Adapun dalam komunikasi, berarti perspektif pragmatis akan membawa kita melihat komunikasi tidak hanya dengan satu sudut pandang saja. Melainkan dari berbagai sudut pandang. Melalui perspektif pragmatis, kita jga dapat mengetahui bahwa fokus dari perspektif ini adalah melihat komunikasi berasal dari sesuatu yang tampak, dalam hal ini bentuknya bisa verbal dan nonverbal.

Seperti yang kita telah pelajari sebelumnya, bahwa ilmu komunikasi bersifat multidisipliner, yang berarti, dalam aplikasinya, tidak hanya terpaut pada satu bidang saja, melainkan terikat pada setiap bidang. Karena sekali lagi, kita tidak dapat hidup tanpa berkomunikasi. Maka setiap bidang, apapun itu, baik bidang kedokteran, pendidikan, bahkan pemerintahan sekalipun, membutuhkan cara berkomunikasinya masing-masing. Saya lebih senang menyebutnya dengan seni menyampaikan sesuatu. Maka dari itu, dengan perspektif pragmatis, kita melihat komunikasi tidak hanya dalam satu bidang saja. Maka wajar, dalam perspektif ini, kita mengenal dan mempelajari betapa objektifnya komunikasi itu.

Dalam perspektif pragmatis, komponen yang menjadi khas adalah sesuatu yang tampak ketika kita sedang berkomunikasi. Jadi, unsur-unsur komunikasi bisa dikesampingkan dalam perspektif ini. Kita tidak mengatakan bahwa unsur komunikasi tidak penting dalam komunikasi, namun dalam perspektif ini, kita dapat mengetahui bahwa unsur komunikasi, bagaimana komunikasi berkesinambungan, bagaimana komunikasi yang berurutan, dapat tidak menjadi penting ketika kita sedang membahas perspektif pragmatis. Karena perspektif pragmatis melihat komunikasi secara langsung dalam pengaplikasiannya.

Pada umumnya, penelitian komunikasi yang dilakukan dengan mengacu pada perspektif pragmatis, lebih mengamati komunikasi sebagai suatu sistem sosial di dalam kelompok. Dalam pengamatan yang lebih fundamental, kita dapat melihat bagaimana komunikasi berfungsi sebagai tindakan komunikatif untuk kemudian diulang lagi pada waktu yang lain.

Hal yang paling mendasar dari perspektif pragmatis adalah melihat sesuatu menggunakan logika pengamatan. Dimana dalam pengamatan tersebut, kita dapat melihat komunikasi sebagai sebuah fakta, yang benar-benar terjadi, yang nyata. Dunia terlihat seperti apa adanya dan tidak dibuat-buat, mengalir begitu saja. Maka dari itu, perspektif pragmatis tidak mau direpotkan dengan hal-hal yang bersifat kebenaran dan sebuah eksistensi, melainkan lebih berfokus kepada fakta-fakta umum. Berbeda dari ilmuwan dan filsafat barat.

Mengutip dari tugashungkul.blogspot.co.id, dalam perspektif pragmatis, pesan/ umpan balik/ efek, sumber/ penerima dan saluran sama sekali tidak penting. Titik berat pengkajian dari paradigma atau perspektif ini adalah tindakan, khususnya tindakan sosial atau tindakan bersama. Paradigma atau perspektif pragmatis menurut Arifin (2003:37), merupakan revolusi yang belum selesai dan merupakan perspektif yang relatif paling baru dan masih sedang dalam proses perkembangan. Sesuai dengan namanya, perspektif ini memusatkan perhatian pada pragma atau tindakan. Berbeda dengan model interaksi yang mengamati tindakan sosial dalam konteks budaya, model pragmatis menurut Fisher (1990:270-320) mengamati tindakan atau perilaku yang berurutan dalam konteks waktu dalam sistem sosial. Tindakan atau pengamatan tersebut dapat berupa ucapan, tindakan atau perilaku.

Jadi, dalam aplikasinya, perspektif pragmatis melihat komunikasi sebagai sesuatu yang tampak. Mengutip kembali dari tugashungkul.blogspot.co.id, aplikasi paradigma pragmatis ini dapat terjadi dalam bentuk komunikasi nonverbal. Misalnya seorang tokoh politik yang diam atau mengangguk saja (nonverbal) dalam menanggapi isu penting. Hal ini sesungguhnya adalah komunikasi politik perspektif pragmatis (tindakan atau perilaku, yang mengandung kemungkinan). Jumlah massa, bendera, kendaraan, dan jumlah tokoh yang hadir dalam rapat raksasa, merupakan peristiwa yang bersifat nonverbal. Hal ini menurut paradigma pragmatis merupakan bentuk komunikasi politik yang sangat penting.

Sumber :

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Komunikasi : Tradisi Kritis

Apa sebenarnya tradisi kritis dalam teori komunikasi? Tradisi kritis merupakan asumsi dari sekian banyak teori kritis yang menyebutkan bahwa di dalam masyarakat, banyak terjadi kesenjangan sosial. Dengan hadirnya tradisi kritis sebagai bagian dari teori komunikasi, para teoritis mengarapkan tradisi ini dapat berguna untuk pemecahan masalah dalam bentuk komunikasi untuk kesenjangan yang terjadi, atau setidaknya, kita dapat mengetahui mengapa kesenjangan itu bisa terjadi. Berangkatnya tradisi kritis, bisa kita lihat dari mana tradisi ini mulai berkembang. Tradisi kritis muncul dalam kelompok ilmuwan Jerman yang biasa dikenal dengan sebutan “Frankfurt School”. Para teoritisinya ternyata mengadopsi pemikiran Marxis. Tidak mengherankan jika para teoritis menjadikan tradisi ini sebagai tradisi yang banyak perbandingannya. Perkembangan tentang suatu kritik sosial umum juga diprakarsai oleh kelompok ini. Dalam kritik sosial tersebut, mereka sepakat bahwa komunikasi menjadi titik utama dal...

Teori Komunikasi : Perspektif Mekanistik

Kita mengetahui bahwa dalam komunikasi setidaknya terdapat lima unsur penting yang harus ada ketika kita sedang berkomunikasi, antara lain ; komunikator, atau orang yang menyampaikan pesan, lalu ada pesan atau sesuatu yang hendak disampaikan oleh komunikator, kemudian ada media, yaitu tempat berjalannya pesan dari komunikator kepada komunikan, lalu ada komunikan, yaitu orang yang menerima pesan dari komunikator, kemudian ada feedback atau umpan balik yang dilakukan oleh komunikan setelah mendapatkan pesan dari komunikator. Setidaknya, itulah lima unsur penting yang harus kita ketahui agar dapat terjadi komunikasi. Jika kita berbicara perspektif komunikasi, maka hal yang paling dominan untuk dibahas adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesannya kepada komunikan. Dalam perspektif mekanistik, kita dapat melihat cara mentransfer pesan melalui alat indera yang dilakukan oleh komunikator hingga akhirnya pesan itu bisa sampai dan diterima dengan baik oleh komunikan. Perspektif me...