Langsung ke konten utama

Teori Komunikasi : Perspektif Psikologis

Kita mengenal lmu komunikasi sebagai suatu ilmu yang tidak dapat dipisahkan dari apapun. Semua membutuhkan komunikasi. Bahkan kita dengan perangkat elektronik pun mempunyai cara tersendiri untuk berkomunikasi. Maka dari itu, dalam ilmu komunikasi, kita mempelajari teori komunikasi yang salah satunya adalah perspektif psikologis dalam komunikasi.
Sama halnya dengan mempelajari ilmu komunikasi, ilmu psikologi pun tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Jika kita mengetahui bahwa ilmu komunikasi merupakan bagian dari ilmu sosiologi, psikologi, antroplogi, bahkan ilmu filsafat, maka ilmu psikologi pun juga sama seperti itu. Biasanya, ini disebut dengan tradisi meminjam disiplin ilmu, tapi tidak apa-apa, hal ini dikatakan wajar karena komunikasi merupakan disiplin ilmu yang elektik.

Jika kita melihat komunikasi dalam perspektif psikologis, sebenarnya kita tidak dimaksudkan untuk melihat benar-benar bagaimana komunikasi secara psikologis. Tapi karena pada aplikasinya tadi, bahwa peminjaman disiplin ilmu tidak bisa kita hindarkan, maka bentuknya tidak esensial. Namun, tetap ada tujuan melihat bagaimana hubungan ilmu komunikasi dengan perspektif psikologis dengan tujuan agar kita dapat memahami bagaimana komunikasi bekerja jika dipengaruhi oleh aspek-aspek psikologis yang terjadi pada individu. Baik dikarenakan oleh faktor internal, maupun faktor eksternal.

Sebagai manusia, kita pasti memiliki ingatan-ingatan terhadap masa lalu, yang kita sebut dengan memori. Pada dasarnya, ketika kita ingin mengambil suatu keputusan pada hari ini, kita akan kembali menengok sebentar pada masa lalu, apakah kita pernah dihadapkan pada keputusan ini sebelumnya? Dan keputusan apakah yang kita ambil? Apakah keputusan itu memberikan dampak buruk atau baik untuk kita?. Nah, dalam perspektif psikologis, ketika kita berkomunikasi, banyak dorongan-dorongan yang kita dapatkan dari dalam diri kita sendiri maupun dari lingkungan sekitar kita. Dorongan-dorongan tersebut kemudian diterima oleh kelima alat indera kita yang kemudian menjadikan kita untuk terdorong melakukan sesuatu. Dorongan-dorongan tersebut, sering kita kenal dengan istilah stimulus.

Dalam perspektif psikologis, dijelaskan bahwa setiap stimulus yang kita dapatkan, akan diolah kembali oleh tubuh dan pikiran kita, biasanya hal ini dikenal dengan konsep black box, yaitu dimana tubuh dan pikiran kita melaksanakan fungsinya untuk memproses hal-hal yang dipandang kurang penting dan hanya menyisakan hal-hal yang kita anggap penting. Dan inilah yang akan diinput dan kemudian keluar menjadi output. Proses tersebut akan menghasilkan perilaku dari individu yang sering disebut dengan respons.
Dalam melihat respons, perspektif psikologi menggunakan ramalan terhadap setiap individu yang mendapatkan stimulus tertentu. Maksudnya, setelah kita mendapatkan stimulus, stimulus tersebut akan diproses oleh tubuh dan pikiran kita, kemudian dapat diramalkan apakah kita akan melakukan respons terhadap stimulus tersebut ataukah tidak sama sekali.

Adapun peneguhan respons, hal ini dipengaruhi oleh internal individu masing-masing. Bagaimana keadaan psikologis individu tersebut. Biasanya, jika individu tidak hanya dipengaruhi oleh peristiwa masa lampau saja, tetapi juga dipengaruhi oleh peristiwa di masa yang akan datang, individu tersebut akan lebih tegas dalam melakukan respons karena sedang mengalami stimulus ganda.

Karena pada dasarnya, perspektif psikologis tentang komunikasi manusia, cenderung lebih fokus pada individu (si komunikator/ penafsir) baik secara teoritis maupun empiris. Jika lebih spesifik lagi, yang menjadi fokus utama dari komunikasi adalah bagaimana kita sebagai individu, mengolah informasi yang telah kita dapatkan. Namun dalam aplikasinya, psikologi komunikasi lebih dominan pada model psikologis yang menjelaskan bagaimana kita sebagai individu, dapat menghasilkan stimulus yang akan ditangkap oleh orang lain. Tidak hanya sekedar komunikator saja, tapi juga komunikan. Maka dari itu, penafsiran tentang psikologi komunikasi hanya fokus pada komunikator, beberapa kali diragukan.

Pada akhirnya, jika kita menganalisa apa sebenarnya hubungan komunikasi dengan psikologi, dari tulisan yang dipaparkan diatas, kita dapat memahami bahwa komunikasi yang terjadi pada setiap individu dipengaruhi oleh aspek-aspek psikologis, seperti konsep black box tadi, bagaimana setiap kita dapat memproses apapun yang kita dapatkan dan menyaringnya sehingga kita dapat menentukan apa saja hal-hal berkesan yang terjadi dalam hidup kita, dan hal-hal tersebut bisa berpengaruh terhadap cara kita berkomunikasi dengan orang lain.

Sumber :

1.      http://denontarr.blogspot.co.id/2008/11/perspektif-komuniaksi-b-aubrey-fisher.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Komunikasi : Tradisi Kritis

Apa sebenarnya tradisi kritis dalam teori komunikasi? Tradisi kritis merupakan asumsi dari sekian banyak teori kritis yang menyebutkan bahwa di dalam masyarakat, banyak terjadi kesenjangan sosial. Dengan hadirnya tradisi kritis sebagai bagian dari teori komunikasi, para teoritis mengarapkan tradisi ini dapat berguna untuk pemecahan masalah dalam bentuk komunikasi untuk kesenjangan yang terjadi, atau setidaknya, kita dapat mengetahui mengapa kesenjangan itu bisa terjadi. Berangkatnya tradisi kritis, bisa kita lihat dari mana tradisi ini mulai berkembang. Tradisi kritis muncul dalam kelompok ilmuwan Jerman yang biasa dikenal dengan sebutan “Frankfurt School”. Para teoritisinya ternyata mengadopsi pemikiran Marxis. Tidak mengherankan jika para teoritis menjadikan tradisi ini sebagai tradisi yang banyak perbandingannya. Perkembangan tentang suatu kritik sosial umum juga diprakarsai oleh kelompok ini. Dalam kritik sosial tersebut, mereka sepakat bahwa komunikasi menjadi titik utama dal...

Teori Komunikasi : Perspektif Pragmatis

Ketika kita sudah mengenal tradisi dalam komunikasi, dan juga beberapa perspektif komunikasi, nyatanya kita juga harus berkenalan dengan salah satu perspektif yang terbilang baru dalam komunikasi. Yaitu perspektif pragmatis. Dilihat dari asal katanya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pragmatis mempunyai arti bersifat praktis dan berguna bagi umum ; bersifat mengutamakan segi kepraktisan dan kegunaan (kemanfaatan) ; mengenai atau bersangkutan dengan nilai-nilai praktis. Lalu, apa itu perspektif pragmatis dalam teori komunikasi? Berdasarkan pengertian kata pragmatis diatas, kita dapat mengetahui bahwa perspektif ini tidak bersifat subjektif. Dari arti katanya saja, kita dapat melihat bahwa berfikir secara pragmatis berarti berfikir secara umum. Adapun dalam komunikasi, berarti perspektif pragmatis akan membawa kita melihat komunikasi tidak hanya dengan satu sudut pandang saja. Melainkan dari berbagai sudut pandang. Melalui perspektif pragmatis, kita jga dapat mengetahui b...

Teori Komunikasi : Perspektif Mekanistik

Kita mengetahui bahwa dalam komunikasi setidaknya terdapat lima unsur penting yang harus ada ketika kita sedang berkomunikasi, antara lain ; komunikator, atau orang yang menyampaikan pesan, lalu ada pesan atau sesuatu yang hendak disampaikan oleh komunikator, kemudian ada media, yaitu tempat berjalannya pesan dari komunikator kepada komunikan, lalu ada komunikan, yaitu orang yang menerima pesan dari komunikator, kemudian ada feedback atau umpan balik yang dilakukan oleh komunikan setelah mendapatkan pesan dari komunikator. Setidaknya, itulah lima unsur penting yang harus kita ketahui agar dapat terjadi komunikasi. Jika kita berbicara perspektif komunikasi, maka hal yang paling dominan untuk dibahas adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesannya kepada komunikan. Dalam perspektif mekanistik, kita dapat melihat cara mentransfer pesan melalui alat indera yang dilakukan oleh komunikator hingga akhirnya pesan itu bisa sampai dan diterima dengan baik oleh komunikan. Perspektif me...