Dalam teori komunikasi, kita mengenal
tentang perspektif interaksional. Awalnya, perspektif interaksional berasal
dari pemikiran Geoge Herbert Mead (1863-1931). Mead merupakan di kampus Oberlin, Ohio, kemudian Mead berpindah pindah kampus hingga akhirnya ketika di Chicago,
Mead mengeluarkan “the theoretical perspective” yang pada perkembangannya nanti menjadi cikal
bakal “Teori Interaksi Simbolik”, dan sepanjang tahunnya, Mead dikenal sebagai
ahli sosial psikologi untuk ilmu sosiologis. Mead menetap di Chicago selama 37
tahun, sampai beliau meninggal dunia pada tahun 1931 (Rogers. 1994: 166).
Dalam perspektif interaksional simbolik, Mead memperkenalkan kita tentang
bagaimana melihat komunikasi dengan menciptakan suatu makna dari sebuah
interaksi. Mudahnya, ketika dulu makna tidak mempunyai arti apa-apa, namun Mead
yang dikenal dengan keahliannya mengamati dan memahami suatu interaksi sosial
dapat menjadikan sebuah makna mempunyai arti.
Mead juga membawa kita pada suatu kesadaran bahwa apapun yang kita lakukan
kepada orang lain, dalam hal ini adalah interaksi dan komunikasi, dapat membawa
dampak kepada orang tersebut. Baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar.
Mead membuat kita memahami bahwa apapun bentuknya, komunikasi verbal maupun
nonverbal pasti memberikan efek kepada orang yang dikenai interaksi tersebut.
Misalnya saja, dalam interaksi nonverbal, seperti body language, gerak fisik, baju,
status, warna, dan yang lainnya, semua pasti memiliki sebuah
makna. Adapun interaksi verbal juga demikian. Kita melihat lambang-lambang
verbal dan nonverbal mempunyai arti dari yang disampaikan, dan arti atau makna
tersebut kita sepakati definisinya secara bersama-sama dengan makna yang juga
sama. Maka dari itu, suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol yang mempunyai arti yang
sangat penting (a significant symbol).
Mead juga menyatakan
bahwa apapun yang kita lakukan, dipengaruhi oleh simbol interaksi yang kita
dapatkan. Begitu juga ketika kita memberikan simbol interaksi kepada orang
lain, orang tersebut akan sama seperti kita, yaitu perilakunya akan dipengaruhi
oleh simbol interaksi yang kita berikan. Dengan pemberian isyarat melalui
simbol-simbol, orang lain,
demikian pula perilaku orang tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol,
maka kita dapat mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan
cara membaca simbol yang ditampilkan oleh orang lain.
Mengutip dari aminahsadja.blogspot.co.id, sesuai dengan pemikiran-pemikiran Mead, definisi singkat dari tiga ide dasar
dari interaksi simbolik adalah :
a. Mind (pikiran) - kemampuan
untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap
individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu
lain.
b. Self (diri pribadi) -
kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang
atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri
sendiri (the-self) dan dunia luarnya.
c. Society (masyarakat) -
hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap
individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam
perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan
manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya.
Dalam aplikasinya,
perspektif simbolik dapat kita gunakan sebagai jurus menempatkan diri. Dalam
artian, ketika kita mengetahui bahwa saat mempelajari interaksi simbolik,
berarti kita mengetahui bahwa apapun yang kita lakukan, dapat mempengaruhi
orang lain. Maka dari itu, dengan perspektif interaksional simbolik, kita dapat
mengetahui peranan kita di masyarakat dan bagaimana seharusnya kita
berkomunikasi di masyarakat. Dengan begitu, kita dapat memposisikan diri kita
sebagai pelaku komunikasi yang baik di masayarakat. Dan jika dihubungkan dengan
komunikasi interpersonal, perspektif interaksional simbolik merupakan teori
yang sangat dekat dengan komunikasi interpersonal, karena dalam perjalanannya,
perspektif interaksional simbolik dapat menuntut kita untuk berperan di dalam
masyarakat sesuai dengan lingkungannya.
Mengutip kembali dari aminahsadja.blogspot.co.id, menurut Mead, peran dan diri
(yakni diri sosial) adalah identik. Identik yang dimaksudkan disini adalah
ketika diri akan berkembang hanya melalui interaksi dengan orang lain. Bisa
dikatakan juga, semenjak individu mencari perannya dalam masyarakat dengan
berhubungan dengan orang lain berarti ia sedang berada dalam proses
pengembangan diri dengan mengambil peran “orang lain” dan mengamati “diri” sebagai obyek orientasinya. Sebagai pengambil peran,
komunikator merupakan aktor dalam dan pengamat pada proses komunikatif.
Tugasnya adalah mengamati perilaku diri (sebagai obyek) dan orang lain, dan
untuk menyesuaikan perilakunya sesuai dengan itu.
Maka dari itu, kita
dapat belajar tentang bagaimana menempatkan diri kita ketika sedang
berinteraksi dengan orang lain. Dalam skala jauhnya, kita juga dapat menentukan
karakter orang lain di masa depan dengan perilaku kita di masa sekarang.
Sumber :
1. http://aminahsadja.blogspot.co.id/2014/11/teori-interaksi-dan-interaksional.html
Komentar
Posting Komentar