Memahami tradisi sosiokultural sebagai salah satu dari teori
komunikasi, menjadikan saya lebih mengerti bagaimana sebenarnya individu
memahami diri mereka sendiri. Dalam teori sosio kultural, pelaku komunikasi
digambarkan sebagai kesatuan makhluk dengan banyak perbedaan dan bagaimana perbedaan tersebut terususun secara sosial dan bukan
ditentukan oleh mekanisme psikologis atau biologis yang tetap. Agak abstrak,
memang. Tapi ketika seorang individu berinteraksi dan berintegrasi dengan
individu yang lainnya, teori sosiokultural perlaha-lahan akan mulai terlihat
bentuknya.
Dalam tradisi sosiokultural, saya mempelajari ada lima konsep yang berhubungan
dengan diri sendiri, lima konsep tersebut adalah ;
1. Interaksionisme
Simbolis
2. Pembentukan
Sosial Mengenai diri sendiri
3. Pembentukan
sosial mengenai emosi
4. Pembawaan
diri
5. Teori
komunikasi mengenai identitas
Mari kita mulai dari Interaksionisme simbolis. Interaksionisme
simbolis digagas oleh George Herbe Mead. Beliau mengungkapkan, interaksionisme
simbolis merupakan sebuah cara berpikir mengenai pikiran, diri sendiri, dan
juga masyarakat. Intinya, dalam interaksionisme simbolis, pada aplikasinya,
setiap individu diajarkan bahwa mereka berinteraksi satu sama lain setiap saat
dan sepanjang waktu. Mereka juga saling berbagi, baik itu berbagi pengertian,
maupun berbagi tindakan-tindakan tertentu. Mereka juga berbagi cara-cara
memahami kejadian tertentu.
Lanjut pada konsep yang kedua, yaitu konsep tentang
pembentukan sosial mengenai diri sendiri. Konsep ini dicetuskan oleh seorang
ilmuwan sosial yang bernama Rom Harre. Dalam konsep ini, Rom Harre menjelaskan,
bahwa kita merupakan sebuah gagasan dari teori pribadi yang kita buat sendiri,
dan itu yang akan memengaruhi bagaimana cara kita hidup di dunia ini. Dalam konsep
ini, Haree mengungkapkan bahwa ada tiga elemen yang membentuk “konsep diri”,
yaitu ; kesadaran, perantara, dan perjalanan hidup. Kesadaran berarti memiliki
kemampuan untuk melakukan objektivitas terhadap diri kita sendiri. Kesadaran
merupakan dimensi diri sendiri yang sangat berhubungan dengan keadaan saat ini,
karena kita sadar betul bahwa kita sedang bergerak di dalam ruang dan waktu. Adapun
perjalanan hidup, ia terdiri dari ingatan, kenangan, dan keyakinan atau biasa kita sebut dengan pemahaman. Hal-hal yang terjadi di masa lampau, yang terbiasa
kita tafsirkan sebagai pengalaman-pengalaman yang tejadi di masa ini dan masa
yang akan datang.
Masuk kedalam
konsep pembentukan sosial mengenai emosi. Dalam konsep ini, Harre mengatakan
bahwa emosi merupakan konsep-konsep yang tersusun, seperti aspek lain dari
pengalaman manusia. Karenanya, mereka dapat ditentukan oleh bahasa lokal dan
atau tata susunan moral dari kebudayaan atau kelompok sosial. Adapun James
Averill mengungkapkan, emosi merupakan sistem kepercayaan yang memandu
pemahaman seseorang mengenai situasi.
Melanjutkan
pembahasan tentang Konsep keempat, yaitu Konsep Pembawaan Diri. Adapun pencetus
konsep ini adalah Erving Goffman yang menyatakan bahwa, konsep pembawaan diri
ini yaitu bagaimana seseorang dapat menempatkan dirinya, seperti apa yang harus
dikatakan, apa yang harus dia lakukan, dan bagaimana seharusnya dia bertindak.
Dalam konsep ini, Goofman menjelaskan tentang bagaimana seorang individu dapat
menemukan cara-cara yang tepat ketika individu tersebut dihadapkan pada
kondisi-kondisi tertentu. Jadi, bagaimana seseorang dapat secara pintar
menempatkan dirinya di dalam suatu kondisi atau kedaan.
Lanjut ke Konsep Teori
Komunikasi mengenai identitas. Jadi, sebenarnya, apa sih identitas diri itu?
Identitas diri merupakan
susunan gambaran diri kita sebagai seseorang. Dalam budaya yunani, identitas di
pahami sebagai sesuatu yang bersifat pribadi dan seseorang melihat diri
bertentangan atau berbeda dengan identitas yang lain. Adalah Michael Hecht dan
koleganya, yang menggabungkan teori komunikasi tentang identitas dan akhirnya
menemukan konsep individu, komunal, dan publik. Menurut teori tersebut, identitas
merupakan penghubung utama antara individu dan masyarakat dan komunikasi
merupakan penghubungnya. Identitas
merupakan “kode” yang mendefinisikan keanggotaan dalam komunitas yang beragam.
Ting Toomey juga memberikan
3 landasan dasar dalam teori negosiasi identitas yaitu: pertama, pengetahuan (knowledge) yaitu bagaimana seseorang memahami dirinya dimata orang lain. Artinya,
mengetahui sesuatu tentang identitas kebudayaan dan mampu melihat segala
perbedaan. Kedua, kesadaran (mindfulness) yaitu
secara sederhana berarti secara biasa dan teliti untuk menyadari. Intinya adalah kepekaan terhadap apa yang seharusnya kita lakukan. Ketiga adalah kemampuan (skill) yaitu kemampuan untuk memberikan kontibusi, rasa simpati yang akhirnya menimbulkan empati.
Komentar
Posting Komentar